Kata orang antara benci dan cinta beda tipis. Tapi bagaimana aku bisa membedakannya, masih sulit meskipun aku pernah mengalami keduanya.

Aku adalah Artya seorang anak kelas tujuh yang sangat menyukai seni lukis. Namaku adalah pemberian Ayah yang diambil dari kata art sehingga nama lengkapku sekarang adalah Artya Sudirja . Nama belakang adalah nama ayahku yang merupakan keturunan orang Jogya, sedangkan ibuku asli Surabaya.

Aku dulu berpikir bahwa ayahku adalah kekasihku. Aku belum paham secara pasti apa itu kekasih dan bagi anak kelas lima Sekolah Dasar kekasih adalah orang yang selalu siap sedia saat kita membutuhkan. Nah itulah ayahku, sepanjang yang kutahu saat itu. Ayah selalu ada saat kubutuhkan. Ayahlah yang merangkaikan bunga untuk dipakaikan di kepalaku, ayah pula yang mengajarkanku naik sepeda, ayah pula yang mengajariku ilmu bela diri agar aku tidak digoda oleh teman-temanku yang jail.

Aku masih ingat kenangan malam itu, betapa hancur hati ibu dan aku saat Ayah berpamitan hendak meninggalkan kami, waktu itu usiaku hampir 12  tahun. Malam itu ayah pamit akan pergi dalam jangka waktu yang lama. Aku bilang aku ingin menemani tapi ayah tidak mengijinkan kami serta. Saat kutanya ayah kemana, ayah hanya diam. Saat kutanya siapa yang akan melindungiku, ayah cuma menjawab singkat, Allah yang akan melindungiku.

Kulihat sorot mata ayah sangat yakin, seyakin saat aku mengalami kegagalan dan terjatuh dari sepedaku tapi ayah meyakinkanku aku akan segera bisa mengayu sepedaku sendiri.

“Ayah jangan pergi malam ini, kami membutuhkanmu Ayah.” Kataku mencoba merubah keputusan ayah.

“Ibu, tolong bilang Ayah. Jangan biarkan ayah pergi.” Kulihat ibu cuma menangis disudut ruangan tanpa mampu berbicara.

Kutahu ibu terluka, hingga tak mampu berbicara. Yang kutahu saat itu air matanya berlinang, namun tidak dapat berbuat banyak. Dengan terpaksa kami melepas kepergian ayah.

Itulah pertemuan terakhir dengan ayahku tercinta Arya Sudirja, seorang dokter spesialis bedah yang memilih mengabdikan dirinya pergi ke Suriah yang terletak di Timur Tengah dalam misi kemanusiaan.

0
Rumah Jahit Afuzu

ditulis oleh

Rumah Jahit Afuzu

I'm not a master, but an ordinary people who loves sew, donut and chocolate